Translate

04/09/07

Rejeki

Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, dari Abdillah, dia berkata; telah bercerita kepadaku Rasulullah SAW sedangkan dia itu orang yang jujur dan diakui kejujurannya, “Sesungguhnya seseorang diantara kalian dikumpulkan kejadiannya dalam perut ibunya; 40 hari menjadi segumpal darah, kemudian 40 hari menjadi segumpal daging, kemudian diutuslah seorang malaikat untuk meniupkan ruh di dalamnya dan diperintahkan untuk menulis 4 kalimat yaitu rejekinya, ajalnya, amalannya dan celaka atau bahagianya…”

Hadist inilah penjelasan lebih lanjut dari Alloohu yab-suthu rizzqo liman yasyaa’u wayaq-diru..-. Dari alam ruh sudah ditentukan kadarnya dan takarannya. Dan di dunia ini tinggal menjalankan skenarionya Allah. Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah dari Jabir ibnu Abdillah, Rasulullah SAW bersabda;” Wahai manusia bertaqwalah kepada Allah dan perbaikilah dalam mencari rejeki, karena seseorang tidak akan mati sehingga telah sempurna rejekinya walaupun dia melambatkan darinya, maka bertaqwalah kepada Allah dan perbaikilah dalam mencari rejeki ambillah apa-apa yang halal dan tinggalkanlah apa-apa yang haram.”

Ada tiga hal menarik dari hadist ini:

Pertama bahwa dalam mencari rejeki pun hal yang paling mendasar yang harus dimiliki adalah ketaqwaan. Tanpa ketaqwaan ini akan menghancurkan segala usaha dan cita-cita. Kalau berhasil sombong dan kalau gagal mengeluh dan putus asa.

Kedua adalah perintah untuk usaha menemukan jalan rejeki kita sebagai bagian dari qodar dan memperbaikinya jika qodar itu ternyata jelek buat kita. Maka Rasulullah mengingatkan perbaiki sampai ajal menjemput. Usaha terus - menerus untuk menggapainya. Dan dijamin pasti akan menemukan qodarnya, miskin apa kaya. Sebab batas akhir pemberian rejeki adalah sampai mati.

Ketiga adalah aturan untuk tetap mencari yang halal dan meninggalkan yang haram. Sebab semua rejeki yang diberikan Allah itu, asalnya dalam bingkai kehalalan. Kadang jalan yang ditempuh untuk mendapatkan rejeki tersebut menjadi sebab ketidakhalalan tersebut. Atau dengan kata lain, konteks memperbaiki rejeki itu ada dua hal pertama memperbaiki caranya - usahanya atau ihktiarnya dan kedua memperolehnya halal atau haram.

Nah, pertanyaan selanjutnya adalah dengan tahu dalil ini apakah kita masih ngoyo dalam mencari dunia? Saya tidak akan menjawabnya. Masing-masing kita akan punya beberapa hujjah untuk menjawab pertanyaan ini. Dan masing-masing punya kiblat sebagai acuan. Ada dalilnya. Hanya satu yang ingin saya ingatkan dalam menjawab hal ini, yaitu keadaan yang ada saat ini – sebagai introspeksi dan wasiat Nabi akan datangnya Al-wahnu yaitu penyakit hubbu ad-dunya wakaroohiyatu al-maut - cinta dunia dan benci mati. Dimanakah posisi kita, saat ini ??? (Kus)

Tidak ada komentar: