Translate

05/04/13

Istikhoroh

Hidup adalah pilihan. Semua orang rasanya setuju dengan statement itu. Karenanya di dalam agama diatur dengan runtut, lewat amalan sholat sunat Istikharah. Biasanya, orang gethol melakukannya pas nyari pasangan hidup. Entah kenapa, seolah istikharah identik dengan nyari jodoh. Padahal tidak begitu seharusnya. Atau urusan lain yang berat – berat. Selain itu, seperti angin lalu. Doanya pun, yang lumayan panjang tergerus. Dulu hafal, sekarang tidak dijamin lagi. Walau sudah jelas manfaat, fungsi dan prakteknya, tidak serta – merta tanpa bias. 

Beberapa hari menjelang tutup tahun 2012, seorang teman curhat dan minta doa agar digampangkan jodohnya. Sebelum saya mengamininya, saya bertanya apa yang sebenarnya sedang terjadi. What’s going on Bro? Rupanya si kawan ini terjebak antara dua pilihan, memilih adiknya apa kakaknya. Calon mertua sih oke – oke saja, gak ada masalah. Asal anaknya mau, baik si kakak ataupun si adik, silahkan saja. Rupanya si kawan lebih senang memilih adiknya. Tetapi sayang bertepuk sebelah tangan. Yang dipilih merasa keberatan dan mendorong pilih kakaknya saja. Sayang si kawan ini tidak sreg dengan kakaknya. Mbullet dan mbules. Proses pun berlarut – larut tak kunjung jeda. Dan si kawan dibuat pusing karenanya. 

Maka pertanyaan saya pertama yang meluncur pun standar, “Sudah Istikharah?”
Jawabnya, “Sudah.” 
“Lho, kalau sudah kenapa pusing?”
“Kan saya minta –(milih) adiknya, tetapi yang mau malah kakaknya.” 
“Coba kamu baca lagi doa istikharah yang kamu baca itu?”
“Emang kenapa?”
“Oalah Bro, Bro,,, Kan sudah jelas disitu, kalau memang gak baik buat kita, Allah supaya jauhkan dari kita dan menggantinya dengan yang baik.”
“Kan saya mintanya supaya dia barokah bagiku. Kalau gak mau jadi mau, kalau gak suka jadi suka.”
“Sebentar, kamu tahu kan? Apa – apa yang kamu anggap baik belum tentu baik menurut Allah, dan apa – apa yang kamu benci belum tentu jelek. Kamu hafallah dalil itu.”
“Kan qodar bisa dirubah dengan doa!”
“Betul……”
“Kan nasehat sebagian dari sihir!” 
“Betul…… Sekarang yang kamu lakukan apa?”
“Istikharah.”
“Doa yang kamu baca?”
“Doa istikharah.”
“Berarti kamu bertolak belakang dalam doamu.”

Hening sejenak, kawan tersadar dengan kekeliruannya.

“Harusnya sholat hajat ya?”
“Aku tidak menyarankan begitu. Mau sholat hajat, mau sholat istikharah, mau sholat tahajud, boleh – boleh saja. Tetapi lihatlah secara menyeluruh apa sebenarnya yang kamu inginkan dan apa yang kamu lakukan. Dan secara umum coba fahami lagi lebih seksama hal – hal kecil yang sering terlewatkan. Sebagai bentuk pemahaman terhadap hukum – hukum Allah secara menyeluruh. Karena antara satu dan lainnya saling terkait, saling memperkuat dan tidak mungkin saling jegal. Hanya kesembronoan kita saja, itu bisa terjadi.”
“Maksudnya?”
“Orang tidak sadar dengan apa yang dia perbuat. Tetapi mengharapkan di luar yang dia lakukan. Kalau aku jadi kamu, maka saya akan kawin dengan kakaknya dan melupakan adiknya.”
“Kenapa bisa begitu?”
“Karena saya yakin dengan doa istikharah itu. Dan saya tidak melihat wajah kedua anak itu, ha, ha, ha,,,,,,”
“Tetapi, aku lebih suka dengan adiknya.”
“Itulah masalahmu. Tidak percaya dengan doa sendiri. Bagaimana Allah akan mengabulkannya, kalau kamu sendiri mengingkarinya?”
“Saya yakin Allah akan mengabulkan doaku.”
“Keyakinan tanpa pengamalan, tak berguna banyak Kawan. Karena kamu tidak bisa membuktikan. Kalau kamu masih seperti itu, saya hanya bisa mendoakan semoga Allah memberikan yang terbaik untukmu. Amin.” 

Banyak di antara kita terjebak dalam kubangan serupa. Apa yang diinginkan tidak sesuai dengan apa yang diminta. Cerita kawan saya, adalah salah satunya. Contoh lainnya, banyak orang minta kefahaman tapi tidak mau mencarinya. Boro – boro deres, ngajinya saja malah berkurang. Tapi keukeuh minta difahamkan oleh Allah. Banyak yang berdoa minta sehat, tetapi malas berolah raga. Banyak yang berdoa minta kaya, tetapi tidak mau bekerja dan berusaha. Nah, kembali ke masalah di atas, mari kita simak riwayat sholat istikharah berikut ini.

Jabir bin Abdillah ra. berkata: adalah Rasulullah SAW mengajari kami shalat Istikharah untuk memutuskan segala sesuatu, sebagaimana mengajari surah Al-Qur-an. Beliau bersabda: “Apabila seseorang di antara kamu mempunyai rencana untuk mengerjakan sesuatu, hendaknya melakukan shalat sunah (Istikharah) dua rakaat, kemudian bacalah doa ini: “Ya Allah, sesungguhnya aku meminta pilihan yang tepat kepadaMu dengan ilmu pengetahuanMu dan aku mohon kekuasaanMu (untuk mengatasi persoalanku) dengan kemahakuasaanMu. Aku mohon kepadaMu sesuatu dari anugerahMu Yang Maha Agung, sesungguhnya Engkau Mahakuasa, sedang aku tidak kuasa, Engkau mengetahui, sedang aku tidak mengetahuinya dan Engkau adalah Maha Mengetahui hal yang ghaib. Ya Allah, apabila Engkau mengetahui bahwa urusan ini (orang yang mempunyai hajat hendaknya menyebut persoalannya) lebih baik di dalam agamaku, kehidupan/perekonomian dan akibatnya terhadap diriku atau Nabi i bersabda: …di dunia atau akhirat - sukseskanlah untuk ku, mudahkan jalannya, kemudian berilah berkah. Akan tetapi apabila Engkau mengetahui bahwa persoalan ini lebih berbahaya bagiku dalam agama, kehidupan/perekonomian dan akibatnya kepada diriku, maka singkirkan ia dariku, dan jauhkan aku daripadanya, takdirkan kebaikan untuk ku di mana saja kebaikan itu berada, kemudian berilah keridhoanMu kepadaku.” 

Istikharah adalah bentuk kepasrahan bulat - bulat kepada Allah. Totalitas. Lihat saja artinya, istikharah adalah minta kepada Allah suatu kebaikan (al-Khairah) atau minta pilihan yang terbaik kepada Allah (al-Khayaroh). Atau gampangnya minta dipilihkan. Dan coba simak baik – baik doanya. Resapi maknanya. Disitu dituturkan, jika baik segerakanlah, gampangkanlah dan barokahilah. Jika jelek, jauhkan dia dan gantilah dengan yang baik yang Allah ridho. Pada awal doa adalah pernyataan kepasrahan dan ketidakberdayaan seorang hamba. Jadi apakah tepat, dengan istikharah kita ingin merubah qodar Allah, memaksakan doa kita? 

Si Kawan tadi tidaklah sepenuhnya salah. Dia hanya tersihir oleh buaian cinta, yang konon sering membutakan dan menulikan. Maka, segudang ilmu yang dia miliki seperti tanpa guna menghadapi dahsyatnya gelombang asmara. Memang sudah banyak di antara kita yang meninggalkan sunah ini dalam memilih/dipilihkan perkara. Nah, sebagai penyemangat saya kutib sabda Rasulullah berikut. Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda; “Salah satu kebahagiaan anak Adam adalah menyerahkan pilihannya kepada Allah dan keridhaannya terhadap ketentuannya. Salah satu kesengsaraan anak Adam adalah meningggalkan istikharahnya kepada Allah dan menolak ketentuannya.” (Rowahu Ibnu Hibban).

Tidak ada komentar: